Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Sejarah dan Fungsi Bendung Katulampa

Bendung Katulampa yang berlokasi di Kelurahan Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat selalu menjadi perhatian warga Jakarta dan sekitarnya di saat musim penghujan tiba. 
Suasana di Bendung Katulampa di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (5/2)./JIBI-Nurul Hidayat
Suasana di Bendung Katulampa di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (5/2)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Bendung Katulampa yang berlokasi di Kelurahan Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat selalu menjadi perhatian warga Jakarta dan sekitarnya di saat musim penghujan tiba. 

Kenapa? Karena perkembangan debit air di bendungan ini akan menentukan apakah Jakarta banjir atau tidak.

Bendung Katulampa adalah peninggalan pemerintah kolonial Belanda. Bendungan ini mulai dioperasikan tahun 1911, tapi pembangunannya dimulai pada 1889.

Ada peristiwa besar yang melatarbelakangi pembuatan Bendung Katulampa ini, yakni, banjir besar yang melanda Jakarta pada 1872. Banjir saat itu dikabarkan membuat daerah elite Harmoni ikut terendam air luapan Sungai Ciliwung.

Bangunan ini pun bertujuan sebagai peringatan dini atas air yang sedang mengalir ke Jakarta serta sarana irigasi lahan seluas 5.000 hektare yang terdapat pada sisi kanan dan kiri bendung.

Berikut sejarah Bendung Katulampa dilansir dari wikipedia : 

Proyek Bendung Katulampa dimulai 16 April 1911 dan selesai pada awal Oktober 1912, sebelum akhirnya diresmikan penggunaannya pada 11 Oktober 1912.

Total biaya yang dikeluarkan 80.000 gulden. Bendungan yang juga hasil karya Ir. Hendrik van Breen ini memiliki panjang total 74 m, dengan 5 inlaatsluis (pintu untuk mengalirkan arus ke kawasan di bawah), 3 spuisluis (pintu untuk menahan air, jika volume air berlebihan dan mengancam kawasan bawah), dengan lebar masing-masing pintu 4 meter.

Disebutkan, selain untuk pengendalian banjir bendungan ini juga memiliki fungsi sampingan sebagai sistem irigasi. Berkat bendungan ini sebanyak 10.000 bouw sawah (orang Jawa menyebutnya bau, 1 bouw ekuivalen dengan 0,7 hektar) dapat diairi melalui Oosterslokkan (Kali Baru).

Kanal Oosterslokkan ini sebelumnya telah dibangun pada abad ke-18 atas prakarsa Gubernur Jenderal Baron van Imhoff.
Saluran air ini mengalir dari sini melintasi Weltevreden (Menteng). Sebelumnya kanal ini dimaksudkan untuk lalu lintas pelayaran ke pedalaman (ke arah Bogor).

Bukan hanya Gubernur Jenderal Baron van Imhoff, tetapi juga Gubernur Jenderal Daendels telah mempunyai rencana untuk menggali kanal untuk pelayaran ke pedalaman. Namun untuk itu diperlukan banyak sekali schutsluizen (konstruksi kanal yang memungkinkan kapal bisa naik ke kawasan lebih tinggi, dengan cara membendung air sampai kapal terangkat setingkat demi setingkat, dan sebaliknya).

Betapa penting Bendungan Katulampa ini bisa dilihat dari siapa yang meresmikan. Tak tanggung-tanggung, Gubernur Jenderal Alexander Willem Frederik Idenburg, didampingi para pejabat penting masa itu.

Mereka antara lain Kepala Insinyur Negara Roos, Ir. Van Dissel, Ir. Hendrik van Breen, pengawas Leuwiliang dan Bogor, anggota dewan Ebbink, administrator D. Veenstra (Ciluar), Mulder (Kedung Halang), Valette (Pondok Gede), Sol (Ciomas), Residen Batavia, Asisten Residen (setingkat wedana) Bogor, dan para patih Bogor, Batavia dan Meester Cornelis (sekarang Jatinegara).

Peresmian bendungan tersebut dimeriahkan dengan gamelan dan tari-tarian, serta upacara selamatan dengan kepala kerbau.

Bendungan Katulampa mulai dioperasikan pada tahun 1912, akan tetapi, pembangunannya sudah dipikirkan dimulai sejak 1889, sejak banjir besar melanda Jakarta pada 1872.

Banjir saat itu dikabarkan membuat daerah elite Harmoni ikut terendam air luapan Sungai Ciliwung. Dari Katulampa, sebagian air Ciliwung dialirkan lewat pintu air ke Kali Baru Timur, saluran irigasi yang dibangun pada waktu yang sama.

Dari Bogor bagian timur, sungai buatan itu mengalir ke Jakarta, di sepanjang sisi Jalan raya Bogor, melalui Cimanggis, Depok, Cilangkap, sebelum bermuara di daerah Kali Besar, Tanjung Priok, Batavia. Air Kali Baru Timur dulu dipakai untuk mengairi sawah yang banyak terdapat di daerah antara Bogor dan Jakarta.

"Het was hoogst noodig dat deze permanente dam tot stand kwam, nu kan Weltevreden geregeld spuiwater krijgen en de kans op groote overstroomingen te Batavia is vrijwel uitgesloten. ( Adalah sangat perlu bendungan permanen ini direalisasikan, kini Weltevreden (Menteng) bisa secara teratur memperoleh pengairan dan peluang banjir besar di Batavia nyaris tertutup,")... (Bataviaasche Nieuwsblad, 12 Oktober 1912).

Sampai tahun 1990, areal persawahan di Bogor dan Jakarta masih banyak, yakni 2.414 hektare. Namun kini sawah hampir habis. Hanya Bogor dan Cibinong yang masih memiliki 72 hektar sawah, sementara Jakarta sama sekali habis. Sehingga fungsi irigasi Bendungan Katulampa bisa dikatakan sudah berakhir akibat punahnya areal persawahan di Bogor dan Jakarta.

Mulai Terkenal

PadaTahun 2004, untuk pertama kalinya Bendung Katulampa direnovasi. Renovasi Katulampa menggunakan dana Anggaran Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat sebesar Rp 300 juta.

Bendungan ini pun dilengkapi sarana pendukung, seperti pengontrol dasar sungai atau consolidation dam, jembatan Katulampa, dan pembuatan alat ukur saluran induk (untuk mencatat curah hujan). Pemerintah juga menata lingkungan di sekitar bendungan.

Nama Bendung Katulampa naik daun ketika Jakarta dikepung banjir pada 2001. Warga Jakarta mengira Bendung Katulampa berfungsi sebagai bendungan yang bisa menampung banyak air. Dengan demikian, ketika ada isu Bendung Katulampa jebol, warga Jakarta sangat ketakutan akan adanya banjir kiriman.

Padahal fungsi Bendung Katulampa ini sebagai pusat pemantau sekaligus untuk irigasi di Bogor. Air dari hulu sungai di daerah Telaga Warna, Puncak, Cisarua, dan anak Sungai Ciliwung mengalir melewati Bendung Katulampa.

Di sini petugas pemantau selalu mencatat perkembangan ketinggian air, debit air, dan curah hujan setiap jam selama 24 jam, dari pukul 07.00 sampai jam yang sama keesokan harinya. Semua data harian dimasukkan ke buku laporan bulanan.

Pencatatan ini berlangsung sejak Bendung Katulampa ini berdiri. Jadi data yang ada bisa dijadikan acuan pada awal musim penghujan, pertengahan musim penghujan, hingga musim kering.

Sejak zaman dulu hingga sekarang, apa yang terjadi di Bendung Katulampa membuat waswas pejabat dan masyarakat saat musim hujan. Namun warga sekitar juga kerap memanfaatkan air di sekitar bendungan. Misalnya, anak-anak suka berenang di dekat bendungan, atau ibu-ibu yang mencuci pakaian menggunakan aliran Bendung Katulampa.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Akhirul Anwar
Editor : Akhirul Anwar
Sumber : Tempo.co, Wikipedia
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper