Bisnis.com, JAKARTA— Puluhan demonstran mengatasnamakan Front Pembela Ahok (FPA) menggelar aksi damai di depan halaman gedung Balaikota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (31/3/2015).
Dalam aksi tersebut, para demonstran menyatakan dukungan terhadap gaya kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang dianggap berani membongkar kasus korupsi di Ibu Kota.
"Kita datang kemari ingin memberikan dukungan kepada Ahok. Tidak ada anggota DPRD DKI yang bisa menurunkan Ahok, karena dia dipilih warga Jakarta," kata Safri Hidayat, Koordinator Aksi FPA.
Safri menilai langkah para anggota DPRD DKI yang berniat menggulingkan Ahok melalui hak angket karena masalah etiket sangat tak mendasar. Sebab, etiket terbilang tidak mempunyai tolak ukur yang jelas.
"Etiket itu absurd, ukurannya seperti apa?" ujarnya.
Dia mencontohkan, etiket antara orang Jawa dengan Sumatera berbeda. Masyarakat Jawa lebih dikenal santun dalam berpribahasa, sementara masyarakat Batak terkenal berbicara lantang dan keras.
"Artinya karakternya Ahok saja yang begitu, karena kan beda bahasa dan kultur. Tapi dia orang bersih dan berani," tuturnya.
Sarat Kepentingan
Safri juga menganggap, hak angket yang digulirkan untuk menyelidiki kesalahan Ahok selama ini, sarat dengan kepentingan anggota DPRD DKI. Para wakil rakyat itu merasa hak anggaran mereka terganggu karena kepemimpinan gubernur saat ini.
"Kita minta anggota Dewan tobat. Ingat, mereka itu wakil rakyat, jangan mengurus diri sendiri saja," cetusnya.
Menurut Safri, Ahok merupakan figur gubernur yang berani membongkar secara terang-terangan kasus korupsi demi menyelamatkan uang rakyat. Sebagai contoh, melaporkan kasus korupsi pengadaan alat uninterruptible power supply (UPS) kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Kalau Ahok berani terus terang, berarti dia orang yang bersih. Karena Ahok berani menyelamatkan anggaran untuk publik seperti kasus UPS. Itu kan luar biasa korupsinya," ungkapnya.