Bisnis.com, JAKARTA - Persaingan antara calon gubernur nomor urut satu, Ridwan Kamil (RK)-Suswono dengan nomor urut tiga, Pramono Anung-Rano Karno pada Pilkada Jakarta 2024 semakin ketat.
Pasalnya, hasil survei terbaru dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukan bahwa elektabilitas Pramono-Rano mencapai sebesar 46%, RIDO 39,1%, dan Dharma-Kun 5,1%.
Adapun survei tersebut dihelat dari 31 Oktober 2024 hingga 9 November 2024, terhadap 1.210 warga DKI Jakarta dengan margin of error 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%.
Paslon nomor urut satu dan nomor urut tiga kemudian menujukan respons yang berbeda. Mereka masing-masing masih menujukan pandangan optimistis.
Contohnya, Pramono mengaku optimistis setelah mengetahui kabar tersebut. Dia yakin bahwa nomor urut tiga dapat memenangkan pilkada Jakarta dalam satu putaran.
"Ya kalau orang fight kan harus optimis. 0,1 aja fight, optimis, apa lagi sekarang kan beda banget," kata Pramono usai menghadiri diskusi "Gerakan Pemilih Cerdas Pilkada DKI Jakarta 2024" di Gedung Pertemuan Sasana Pakarti, Pancoran, Jakarta, Rabu (13/11/2024).
Baca Juga
Meski demikian, Pramono kemudian menegaskan bahwa dia tidak akan mengubah gaya kampanyenya.
"Walaupun saya belum baca datanya, tapi tentunya ini pasti sangat membuat saya pribadi, Bang Doel, makin bersemangat untuk fight dan bersosialisasi," tutur Pramono.
Meski tak merujuk pada survei tertentu, RK mengatakan bahwa dia tetap optimistis dapat memenangkan konstetasi Pilkada dalam satu putaran. Dia juga akan tetap rajin blusukan menjelang hingga akhir kampanye.
"Poinnya adalah, survei itu bukan penentu takdir. Hasil survei itu akan jadi bahan penting buat kami melakukan evaluasi," terangnya seusai blusukan bersama Relawan Baris (Bersama Ridwan Kamil-Suswono) di Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (13/11/2024).
Dia mengatakan bahwa apapun hasil surveinya, mereka akan tetap melakukan blusukan. Berkaca pada sejarah yang terjadi di beberapa survei, menurut Ridwan Kamil, ada pasangan yang menang meski hasil surveinya minim.
Adapun keadaan ini juga pernah dialami saat mencalonkan diri sebagai Wali Kota Bandung. Saat itu, dia berhasil menjadi orang nomor satu di Bandung meski survei elektabilitasnya tidak terlalu besar.