Bisnis.com, JAKARTA--PT Mass Rapid Transit Jakarta sedang melaksanakan uji coba sistem atau system acceptance test (SAT) kereta untuk menjajal rute fase I Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia.
Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar mengatakan SAT kereta MRT Jakarta dimulai sejak Kamis (9/8/2018) lalu. PT MRT Jakarta meneruskan SAT persinyalan yang menggunakan rangkaian kereta pertama MRT Jakarta, Senin (20/8) kemarin.
Dia menuturkan uji coba tersebut dilakukan secara bertahap hingga pertengahan September 2018. Setelah itu, para teknisi akan mulai menguji coba semua fasilitas kereta MRT.
Baca Juga
"Pengetesan kereta pertama ini membutuhkan waktu cukup lama sekitat 5 minggu. Semuanya harus dicek, mulai datu sinyak, radio komunikasi, track work rail, power system, hingga keretanya sendiri," katanya di peron Bundaran HI, Kamis (23/8/2018).
Dia menuturkan setelah SAT tahap awal selesai, MRT Jakarta akan melanjutkan uji coba untuk rangkaian kereta lain. Saat ini, sudah ada 6 rangkaian dimana masing-masing terdiri dari 6 kereta. Sementara itu, MRT Jakarta memesan 16 rangkaian atau 96 kereta kepada perusahaan Jepang Nippon Sharyo Ltd.
Menurutnya, uji coba tersebut dilakukan untuk memastikan sinkronisasi sinyal yang dikirimkan operation command center (OCC) dengan rel dan kereta.
"Sinyal dari kereta yang sedang berkalan ditangkap OCC agar bisa mengirim pesan instruksi kepada kereta," jelasnya.
Pasalnya, kereta MRT Jakarta menggunakan sistem persinyalan Communication-Based Train Control (CBTC) dalam pengoperasian 16 set keretanya. Sistem Kendali Kereta Berbasis Komunikasi merupakan sistem persinyalan kereta dengan frekuensi radio (RF) sebagai komunikasi data antarberbagai subsistem yang terintegrasi, sesuai dengan standar IEEE 1474.1 hingga 1474.4.
Sistem ini menggunakan moving block dengan aspek sinyal yang berada pada kabin masinis (cabin driver). Sistem ini berbeda dengan sistem Fixed Block (konvensional) yang digunakan oleh kereta di Indonesia saat ini
"Signal sistem itu ada di setiap 200 meter. Jika ada signal instrument yang tak berfungsi nanti bisa kirim instruksi salah kepada OCC," ungkapnya.
William menambahkan setelah SAT, PT MRT Jakarta memulai tes uji pergerakan kereta (dynamic test) di jalur utama Lebak Bulus-Bundaran HI hingga pertengahan September.
Pada November-Desember, BUMD DKI tersebut akan melakukan uji coba operasi sistem perkeretaapian secara terintegrasi oleh kontraktor yang disebut integrated testing dan commissioning.
MRT Jakarta melaksanakan fulk trial run pada awal 2019. Uji sistem persinyalan dan perkeretaapian tidak melibatkan penumpang selain tim penguji dengan alasan keselamatan.
"Diharapkan semua tahapan berjalan lancar hingga akhirnya MRT Jakarta beroperasi secara komersial," kata William.