Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta Kuartal III/2018 akan mengalami perlambatan karena tertekan merosotnya sektor manufaktur, pengolahan, dan kegiatan ekspor akibat Perang Dagang China-AS.
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memperkirakan pertumbuhan perekonomian Jakarta pada kuartal ketiga pada tahun ini berada di kisaran 5,7% - 5,9%.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara memperkirakan pertumbuhan perekonomian Jakarta pada triwulan ketiga tahun ini lebih lambat dibandingkan dengan kuartal II/2018 yang mencapai 5,93%. Adapun yang menjadi penolong pertumbuhan perekonomian adalah perhelatan Asian Games.
"Ekonomi Jakarta di kuartal III/2018 setidaknya bisa dikisaran 5,7%--5,9%. Faktornya ada Asian Games yang mendorong sektor makanan dan minuman, serta pariwisata. Belanja penyelenggaraan acara Asian Games juga mendorong berbagai sektor termasuk perdagangan dan konstruksi. Artinya sampai kuartal ketiga konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama Jakarta," kata Bhima kepada Bisnis Selasa (7/8/2018).
Akan tetapi, dia menilai faktor yang mengoreksi pertumbuhan perekonomian Jakarta pada kuartal ketiga tahun ini, yaitu sektor manufaktur dan pengolahan yang mengalami perlambatan pertumbuhan pada kuartal II/2018 dibandingkan dengan triwulan I/2018. Selain itu, perekonomian Ibu Kota terdampak oleh perang dagang antara Amerika Serikat dan China sehingga ekspor akan turun.
"Nilai ekspor berkurang karena Jakarta merupakan pusat pelabuhan. Ekspor menurun juga karena harga komoditas turun seperti karet dan sawit," ungkapnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal II/2018 industri pengolahan non migas Indonesia turun menjadi 4,41%. Padahal pada kuartal I/2018 industri pengolahan non migas mencapai 5,07%. Kendati demikian, capaian pada kuartal kedua ini lebih baik dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu sebesar 3,93%.
Bhima menjelaskan kebijakan ganjil genap ikut mempengaruhi perlambatan perekonomian Jakarta. "Mobil yang tidak sesuai sistem ganjil genap menunda konsumsi. Akhirnya ada efek negatif ke konsumsi rumah tangga," jelasnya.
Menurutnya, gejolak politik seperti agenda pendaftaran calon presiden mempengaruhi iklim bisnis sehingga investor cenderung menahan diri. "Optimistis kuartal ketiga masih bagus. Namun, tidak setinggi kuartal pertama dan kedua," ungkapnya.
Kendati demikian, dia memprediksi bahwa pertumbuhan perekonomian Jakarta pada semester II/2018 lebih baik dibandingkan dengan enam bulan pertama pada 2018 yang mencapai 5,96%. Adapun natal dan tahun baru ikut berkontribusi terhadap konsumsi rumah tangga dan pariwisata sehingga pertumbuhan perekonomian semester kedua tahun ini lebih baik. Selain itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga menggenjot belanja daerah dan realisasi anggaran pada akhir tahun.
"Perkiraaan pertumbuhan ekonomi semester II/2018 bisa mencapai 6%--6,2%, sebutnya.