Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) Tanah Abang mengaku omzetnya berkurang saat berjualan di tenda yang disediakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta di Jalan Jatibaru Raya, Tanah Abang.
Monrizal, seorang pedagang pasmina, mengatakan omzetnya melorot menjadi Rp500.000 per hari. Padahal, saat berjualan di Pasar Gropek, Pasar Tanah Abang, dia biasa mendapat omzet Rp1,5 juta-Rp2 juta per hari.
"Tetapi, mungkin karena masih baru kali ya," ujarnya seperti dikutip dari Tempo.co, Senin (25/12/2017).
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menilai PKL yang berebut lapak di Jalan Jatibaru Raya adalah hal yang wajar. Dia mengklaim hal itu terjadi karena omzet pedagang yang naik saat berjualan di lokasi tersebut.
"Tenda kemarin untuk yang sudah terdaftar. Begitu omzet naik, yang lain pasti kepengen juga. Jadi, ini kan sangat manusiawi," tuturnya.
Namun, kenaikan omzet yang diklaim Sandiaga Uno faktanya tidak dialami Monrizal. Dia menduga turunnya omzet jualan karena adanya Transjakarta di Tanah Abang.
Akibat keberadaan Transjakarta, pembeli di Tanah Abang kini tersebar ke sejumlah lokasi. "Pas enggak ada Transjakarta kan semua orang menumpuk di depan Stasiun Tanah Abang. Sekarang jadi tersebar," ucap Monrizal.
Awih, PKL lainnya, mengatakan omzet yang diperoleh sama saja. Sebelumnya, dia berjualan baju di Pasar Ramayana, Tanah Abang.
Di sana, Awih biasa mendapat omzet Rp500.000. "Kalau di sini sama saja pendapatannya," ungkapnya.
Seperti diketahui, dalam konsep penataan kawasan Tanah Abang tahap pertama, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur Sandiaga Uno menutup Jalan Jatibaru Raya di depan Stasiun Tanah Abang pada pukul 08.00-18.00 WIB setiap hari.
Penutupan berlaku untuk kedua jalur, baik yang mengarah ke Jalan Kebon Jati maupun sebaliknya. Kendaraan pribadi dan umum dilarang melintasi jalan itu pada waktu yang telah ditentukan.
Anies lantas memperbolehkan PKL Tanah Abang yang biasa berdagang di trotoar untuk berjualan di salah satu jalur yang mengarah ke Jalan Kebon Jati. Sementara itu, satu jalur lainnya digunakan untuk perlintasan Transjakarta.