Kabar24.com, JAKARTA – Setara Institute bersama sejumlah tokoh masyarakat sipil menyerukan ajakan menjaga Pemilihan Kepala Daerah berlangsung damai.
Seruan perdamaian itu dilakukan dalam bentuk petisi dalam jaringan melalui situs http://change.org/seruangbersama.
Sekitar dua jam setelah petisi itu muncul, sudah lebih dari 430 orang menandatanganinya.
“Ini bukti orang-orang yang menghargai kedamaian mengisi petisi ini, sehingga bangsa ini bisa mengedepankan rasional, jauh dari kekerasan dan isu-isu agama dibawa ke kepentingan politik,” ujar satu orang penggagas petisi, Romo Benny Susetyo di Kantor Setara Institute, Jakarta, Selasa (1/11/2016).
Wakil Diretktur Setara Institute Bonar Tigor Naipospos mengatakan bahwa menyampaikan aspirasi dalam bentuk unjuk rasa adalah hak semua orang dalam kehidupan negara demokrasi.
Namun, dia mengingatkan kehidupan yang tenteram dan damai juga merupakan hak seluruh masyarakat.
Sebab itu, dia berulang kali mengingatkan jangan gunakan ujaran kebencian yang bersifat permusuhan dalam unjuk rasa. Dengan demikian dapat menjauhkan diri dari tindakan kekerasan.
Dia juga mengimbau kepada masyarakat yang tidak ikut unjuk rasa, tidak perlu risau secara berlebihan.
“Kami juga mengimbau masyarakat beraktivitas seperti biasa. Tentu ini adalah bagian dari kehidupan demokrasi. Masyarakat tidak usah risau,” katanya.
Dia yakin kepolisian bersama TNI dapat menjaga seluruh rangkaian unjuk rasa agar berlangsung aman dan tertib.
Adapun petisi pilkada damai adalah bentuk sikap dari sejumlah tokoh terhadap situasi Pilkada DKI yang dinilai memanas.
Ruang publik mulai diwarnai caci maki, kebencian, dan penggunaan isu SARA untuk menghimpun dukungan politik.
Seperti diketahui juga, akhir pekan ini, Jumat (4/11/2016) direncanakan ada aksi unjuk rasa yang melibatkan ratusan ribu orang dari berbagai organisasi masyarakat.
Mereka menuntut kepolisian mempercepat proses penyidikan atas laporan dugaan penistaan Al-Quran oleh Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjhaja Purnama atau Ahok.