Bisnis.com, JAKARTA--Gubernur DKI Jakarta Basuki "ahok" Tjahaja Purnama mengundang sejumlah tokoh hukum dan pegiat antikorupsi ke Balai Kota.
Menurutnya, tokoh yang datang seperti Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi (PUKAT) Zainal Arifin Mochtar, Mantan Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Denny Indrayana, Pakar Hukum Tata Negara Universitas Indonesia Refly Harun dan Pakar Hukum Tata Negara Universitas Andalas Saldi Isra.
Ahok menuturkan kedatangan mereka hanya untuk mengobrol biasa.
Adapun, perbincangan terkait dengan efek terhadap pemerintahan, bagaimana dengan tindakannya terkait anggaran pendapatan dan belanja daerah 2015.
"Ngobrol-ngobrol aja. Cerita aja efeknya apa gitu," ujar Ahok sebelum meninggalkan Balai Kota, Selasa (3/3/2015).
Lebih lanjut, mantan Bupati Belitung Timur itu menuturkan dengan keinginannya menularkan budaya antikorupsi di Ibu Kota mereka yang memiliki pengalaman dan ilmu di bidangnya pasti bisa menilai duduk persoalan ini.
"Mereka cuma mau denger dari pihak kita sampai di mana sih prosesnya. Sama Pak Sekda kita sampaikan saja seperti ini mereka bisa nilai kok," katanya.
Memberantas korupsi di birokrat DKI dengan cara menularkan budaya keterbukaan adalah misi Ahok sejak awal.
Oleh karena itu, dia serius untuk mengubah sistem manual yang rawan praktik korupsi dengan sistem elektronik yang mengedepankan keterbukaan. Sehingga, peluang untuk melakukan penyimpangan semakin kecil.
"Saya kan dari dulu berbicara transparansi anggaran. Dari saya masuk di DKI kan itu yang saya jual bahwa kalau tidak ada tranparansi pasti rawan korupsi," tambah Ahok.
Usai bertemu Ahok, mantan Wamenkumham Denny Indrayana berjalan meninggalkan Balai Kota bersama Saldi Isra dan Refly Harun. Namun ketika dimintai keterangan, Denny menolak.
"Tanya ke Zainal saja," katanya sambil menunjuk Zainal Arifin Mochtar di belakangnya.
Adapun, Zainal mengatakan kedatangannya ke Balai Kota memenuhi undangan Ahok untuk sekadar makan malam.