Bisnis.com, JAKARTA — Inteligent Transport System of Indonesia (ITS Indonesia) telah melakukan pertemuan dengan Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono perihal audiensi penggunaan teknologi transportasi di Jakarta yakni S-LRT.
Presiden ITS Indonesia William Sabandar mengatakan, Pemprov DKI Jakarta berencana membangun teknologi transportasi suspended string light rapid transit atau S-LRT di Jakarta.
“S-LRT itu singkatan dari suspended string light rail transit, atau kereta ringan menggunakan rel gantung. Bisa dipakai di mana-mana, tidak hanya di LRT, bisa terinterkoneksi dengan MRT, BRT, airport, port, dan lainnya,” jelas William kepada Bisnis yang dikutip Minggu (2/4/2023).
Adapun untuk pembangunan teknologi canggih tersebut, William menyampaikan bahwa ITS Indonesia bersama dengan Pemprov DKI Jakarta saat ini tengah mengkaji lokasi untuk dipasangkan teknologi S-LRT.
“ITS Indonesia akan bekerjasama dengan MRT Jakarta untuk mengembangkan teknologi ini, karena akan sangat efektif menjadi transportasi feeder bagi MRT,” jelasnya.
Pembangunan teknologi S-LRT tersebut akan dilakukan secepatnya oleh ITS Indonesia, namun tergantung kajian kelayakan dan pendanaan dari Pemprov DKI.
Baca Juga
“Biaya untuk implementasi S-LRT kurang lebih 1/10 kali dari biaya membangun MRT, dan dapat dibangun dalam waktu 2 tahun,” jelasnya.
Adapun string rail atau rel tali merupakan alternatif jalur kereta dengan biaya pembangunan yang lebih murah. Kereta ini menggunakan rel baja atau beton yang diperkuat oleh ratusan kabel tegangan tinggi yang dipasang di tengah rel, digantung di atas tanah pada menara yang berjarak sekitar 30 meter.
Tidak seperti jalan raya atau sistem kereta api, dia dapat melintasi pegunungan dan medan kasar lainnya dalam garis lurus dan sama mahirnya dalam melintasi perairan dangkal, gurun, atau hutan, dengan dampak lingkungan minimal pada permukaan tanah.