Bisnis.com, JAKARTA — Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta mencatat terjadi kenaikan jumlah penumpang sebesar 2,05 persen di moda transportasi umum setelah diberlakukannya kebijakan ganjil genap pada Senin (3/8/2020) kemarin.
“Volume lalu lintas terjadi penurunan sekitar dua persen di titik pemantauan. Kemudian angkutan umum secara rata-rata naik 2,05 persen tetapi dari proporsinya itu TransJakarta naik 2,62 persen. MRT turun delapan persen,” kata Kepala Dishub Provinsi DKI Jakarta Syafrin Liputo melalui sambungan telepon, pada Selasa (4/8/2020).
Berdasarkan data milik Dishub, terjadi penambahan jumlah penumpang di TransJakarta sebanyak 4.333 orang atau sekitar 2,62 persen. Angka itu diperoleh dari selisih jumlah penumpang pada 3 Agustus sebanyak 169.517 orang dengan jumlah penumpang pada 27 Juli sebanyak 165.184 orang.
Mengenai jumlah penumpang MRT, dia menuturkan terjadi penurunan penumpang sebesar 752 atau sekitar delapan persen. Angka itu diperoleh dari selisih jumlah penumpang pada 27 Juli sebanyak 9.405 orang dengan jumlah penumpang pada 3 Agustus sebanyak 8.653 orang.
Secara keseluruhan, menurut catatan Dishub, terjadi kenaikan volume angkutan umum yang meliputi TransJakarta dan MRT sebesar 3.581 atau sekitar 2,05 persen jika dibandingkan pergerakan jumlah penumpang pada pekan lalu.
Kendati demikian, Syafrin mengatakan, penambahan jumlah penumpang sebesar dua persen di moda TransJakarta itu masih bisa dikendalikan oleh sejumlah bis yang tersedia. Dengan demikian, menurutnya, belum ada keperluan untuk menambah armada bus.
Baca Juga
“[Tanpa bus existing] juga masih bisa nampung dengan penambahan dua persen. Kemarin dari hasil kalkulasi kami pada jam sibuk, kapasitas yang tersedia, yang terisi paling tinggi 40 persen. Artinya, masih 60 persen tempat duduk kosong yang bisa dioptimalkan pada jam sibuk,” ujarnya.
Institut Studi Transportasi (Instran) menilai rekayasa ganjil genap yang mulai diberlakukan pada Senin (3/8/2020) di DKI Jakarta harus sejalan dengan kesiapan moda transportasi publik dalam mengangkut penumpang di tengah keterbatasan tingkat keterisian selama pandemi Covid-19.
Direktur Eksekutif Instran Deddy Herlambang mengatakan dalam kondisi normal rekayasa ganjil genap diberlakukan untuk mengurai kemacetan pada waktu jam lalu lintas padat dan dapat mengurangi emisi karbon asap kendaraan bermotor tetapi untuk masa pandemi Covid-19 saat ini menjadi tidak tepat.
Menurutnya, apabila ganjil genap diterapkan, otomatis publik akan kembali menggunakan angkutan umum massal. Sementara itu, angkutan umum massal juga masih terbatas keterisian maksimal 30 persen hingga 50 persen.
“Saat ini moda MRT, KRL, dan BRT [TransJakarta] yang ada di Jakarta telah nyaman sesuai protokol kesehatan dengan load factor 30 - 50 persen. Apabila ganjil genap berlaku, load factor bisa lebih dari 50 persen, karena pengguna kendaraan pribadi akan switching menggunakan angkutan umum massal," ujarnya.
Menurutnya, meski jumlah penumpang diprediksi meningkat, tetapi dia menegaskan jaga jarak antarpenumpang di angkutan umum juga tetap harus dibatasi sesuai dengan arahan dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19.