Hingga kini, kecenderungan kelebihan masing-masing cawagub tampak kental dihiasi latar belakang pengalaman masing-masing.
Nurmansjah, berbekal pengalamannya sebagai akuntan dan auditor Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan DKI Jakarta, yakin jika sebagai wagub dirinya bisa mendorong eksekutif dan legislatif lebih meningkatkan pengawasan dan supervisi pada program strategis daerah.
"Harus kita pelototin. Jangan langsung percaya laporan begitu saja, harus kita cek. Kalau nggak gitu, nanti yang keluar [kasus lem] Aica Aibon lagi," ungkapnya.
Sementara itu, Riza berbekal pengalamannya sebagai tokoh dan politisi di tingkat pusat, menekankan bahwa dirinya mampu menghilangkan citra bahwa koordinasi Pemprov DKI Jakarta dan pemerintah pusat buruk.
Riza pun berjanji menjadi wagub pelengkap Anies yang lebih terbuka, sehingga laporan-laporan masyarakat, serta langkah penegakkan hukum dan aturan yang selama ini kendor di Ibu Kota bisa lebih maksimal.
"Silakan di WA, di SMS, 24 jam open. Kita polanya sekarang kan macam-macam, ada yang pakai sosial media, IT. Tidak masalah, yang penting aspirasi, keluhan, permasalahan masyarakat kita tampung, kita dengar dan kita selesaikan. Jangan cuma ditampung saja, tapi nggak selesai-selesai. Kita pasti selesaikan," ujar Riza.