Bisnis.com, JAKARTA - DKI Jakarta mencatatkan inflasi sebesar 0,13% pada Agustus 2017, di saat indeks harga konsumen nasional justru deflasi.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta Thoman Pardosi mengatakan realisasi tersebut menyebabkan laju inflasi 2017 mencapai 2,86% dan laju inflasi tahunan (yoy) 3,82%.
"Inflasi sebesar 0,13% terjadi sebelum Iduladha. Sebenarnya terjadi penurunan dibandingkan dengan Juli 0,40%, tetapi lebih tinggi dibandingkan nasional yang mengalami deflasi," ujarnya di kantor BPS DKI, Senin (4/9/2017).
Thoman menuturkan komoditas terbesar yang mengalami inflasi yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,50%); kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan (0,37%); serta kelompok sandang (0,36%).
Dari 461 komoditas yang didata BPS DKI, kelompok yang memberikan sumbangan inflasi di atas 0,02% antara lain angkatan udara (0,084%); rokok kretek (0,036%); nasi dengan lauk (0,0264%); dan jeruk (0,0346%).
"Jika dibandingkan dengan Iduladha pada tahun lalu yang jatuh pada September 2016, inflasi pada Agustus kali ini lebih rendah. Pasalnya, realisasi inflasi pada September tahun lalu yang mencapai 0,18%," katanya.
DKI Jakarta menempati urutan ke 26 dari 35 kota yang mengalami inflasi. Kota dengan inflasi tertinggi ditempati oleh Lhokseumauwe 1,09%. Sementara itu, deflasi tertinggi terjadi di Ambon -2,08% dan deflasi terendah -0,03%.