Bisnis.com, JAKARTA--Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat angka inflasi di Ibu Kota pada Juli 2016 sebesar 0,64%.
Kepala BPS DKI Syech Suhaimi mengatakan faktor terbesar pendorong inflasi di DKI Jakarta pada bulan lalu adalah kenaikan harga bahan makanan dan tarif transportasi.
"Juli itu kan pas periode Lebaran. Otomatis permintaan bahan makanan juga tinggi. Begitu juga dengan tarif transportasi karena banyak warga Jakarta yang pulang kampung," ujarnya, Senin (1/8/2016).
Berdasarkan data BPS DKI, komoditi yang memberikan sumbangan inflasi cukup besar, a.l. angkutan antar kota (0,0896%); tarip listrik (0,0525%); bawang merah (0,048%); angkutan udara (0,0456%); emas perhiasan (0,0396%); nasi dengan lauk (0,0366%); kentang (0,0278%); cabai merah (0,0192%); udang basah (0,0186%); tarip kereta api (0,0151%); petai (0,0148%); daging ayam ras (0,0128%); kue kering berminyak (0,0113%) dan ayam bakar (0,0102%).
Dia menuturkan indeks kelompok bahan makanan pada bulan Juli 2016 mencapai 145,62 dan bulan sebelumnya 143,66 sehingga mengalami kenaikan indeks atau inflasi 1,36%. Sementara itu, indeks kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau pada bulan Juli 2016 adalah 136,53 dan bulan sebelumnya 135,56 sehingga mengalami inflasi 0,72%.
"Adapun, indeks kelompok transpor, komunikasi & jasa keuangan pada bulan Juli 2016 mengalami inflasi 0,71% atau naik menjadi 119,37 dari 120,22 pada bulan sebelumnya," katanya.
Dari 82 kota yang diteliti 78 kota mengalami inflasi. Kota yang mengalami inflasi tertinggi adalah Kota Tanjung Pandan 2,34% dan kota yang mengalami inflasi terendah adalah Kota Gorontalo 0,06%. DKI Jakarta menempati urutan 46 dari seluruh kota yang mengalami inflasi.