JAKARTA - Inflasi di DKI Jakarta hingga dengan bulan ketiga 2016 tercatat 0,15% (mtm) atau masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-ratanya dalam empat tahun terakhir pada bulan yang sama, yaitu 0,25% (month to month/mtm).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Doni P. Joewono menjelaskan dengan perkembangan ini, inflasi sejak awal tahun tercatat 0,32% (ytd). Angka inflasi year to date (ytd) itu jauh lebih rendah dibandingkan dengan historisnya dan juga lebih rendah dari capaian inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,62%.
“Rendahnya inflasi dipengaruhi oleh relatif terkendalinya perkembangan harga bahan makanan, penurunan harga minyak dunia dan penguatan nilai tukar rupiah yang kemudian diikuti dengan penyesuaian harga BBM dan tarif listrik,” jelasnya dalam siaran persnya kepada Bisnis Jumat (1/4).
Berdasarkan catatan Bisnis yang dihimpun dari situs Badan Pusat Statistik, inflasi bulanan Maret 2015 DKI Jakarta mencapai 0,19% atau tidak berubah untuk tahun sebelumnya pada Maret 2014 di posisi 0,19%. Adapun, inflasi bulanan Maret 2013 mencapai 0,42% dan Maret 2012 sebesar 0,17%.
Lebih jauh Doni menjelaskan pada periode ini, peningkatan harga pada kelompok bahan makanan tercatat lebih rendah dari historisnya. Hal ini terutama disebabkan oleh terkendalinya harga beras dan adanya koreksi harga pada komoditas daging dan telur ayam yang sempat meningkat tinggi di akhir tahun 2015.
Sementara itu, dorongan inflasi yang terjadi pada Maret 2016 terutama bersumber dari kelompok sandang yang didorong oleh naiknya harga emas perhiasan, serta meningkatnya harga bahan makanan, terutama pada subkelompok bumbu-bumbuan akibat pasokan yang berkurang.
Berdasarkan disagregasinya, inflasi kelompok inti pada Maret 2016 terutama berasal dari kelompok sandang yang mengalami inflasi 0,93% (mtm), didorong oleh kenaikan indeks harga emas perhiasan yang masih cukup signifikan (3,31%, mtm).
Bank Indonesia mencatat penyumbang rendahnya inflasi awal 2016 berasal dari perkembangan harga kelompok administered price atau harga yang diatur pemerintah kembali tercatat deflasi.
Penurunan Harga BBM
Penerapan kebijakan pemerintah dalam menurunkan Tarif Tenaga Listrik pada 12 golongan nonsubsidi per 1 Maret 2016 serta penurunan harga BBM nonsubsidi yang dilakukan dua kali pada 1 Maret dan 15 Maret 2016 menjadi pendorong utama deflasi pada kelompok ini.
Kebijakan pemerintah ini berdampak pada deflasi kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan (0,45% mtm) serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,07% mtm). Selain itu, tarif angkutan udara juga mengalami deflasi sebesar 5,74% (mtm) seiring tingkat permintaan yang menurun serta tarif yang lebih murah sebagai dampak lanjutan dari penurunan BBM.
Menurut Doni, dengan memerhatikan kebijakan pemerintah terkait harga-harga komoditas energi serta pola perkembangan harga-harga dan pantauan terhadap beberapa komoditas di pasar-pasar di Jakarta, inflasi pada April 2016 diprakirakan akan tetap rendah dengan kecenderungan deflasi.
“Penurunan harga BBM untuk premium dan solar sebesar Rp 500 per liter pada 1 April 2016 akan berdampak cukup signifikan terhadap pergerakan laju inflasi secara keseluruhan di bulan April 2016.”