Bisnis.com, TANGERANG--Sisik trenggiling jenis lokal memiliki tekstur lebih tebal dan ukuran lebih besar sehingga kualitasnya lebih bagus saat diolah jadi bahan pembuat narkotika sabu-sabu.
Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta Awen Supranata mengatakan hal ini menjadi salah satu alasan menggiurkan untuk membunuh massal trenggiling guna diambil sisiknya.
"Usaha penyelundupan ini selalu timbul apalagi dijualnya pakai dolar. Paling banyak dijual ke China dan Hong Kong," ucapnya di Kantor Bea Cukai Soekarno-Hatta, Tangerang, Selasa (26/5/2015).
Habitat trenggiling di dalam negeri ada di Pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Tapi saat ini populasi terbanyak ada di Kalimantan. Sejauh ini BKSDA belum dapat memastikan satu ekor trenggiling menghasilkan sisik seberat apa.
Ratusan kilogram sisik trenggiling yang ditindak Bea Cukai Soekarno-Hatta pada Januari 2015 ada tiga kasus. Kasus pertama pada 13 Januari 2015 diperoleh 188 kg, kasus kedua pada 25 Januari 2015 sejumlah 17 kg, dan peristiwa terakhir pada 26 Januari 2015 sebanyak 200 kg.
Totalnya ada 405 kg setara dengan Rp2,12 miliar. Nilai ini dengan asumsi harga perdagangan sisik trenggiling di pasar global US$400 per kilogram (kg).