Bisnis.com, JAKARTA—Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) DKI mengingatkan agar kalangan dunia usaha ikut memperhatikan kelayakan kegiatan usahanya supaya tidak ikut meningkatkan risiko terjadinya banjir.
Ketua Apindo DKI Soeprayitno mengatakan beberapa faktor yang harus diperhatikan perusahaan, di antaranya terkait dengan sistem drainase dan pemakaian air tanah.
“Para perusahaan juga harus introspeksi, apakah drainasenya sudah baik atau malah ikut jadi penyebab banjir, apakah pengurasan air tanah sudah dilakukan secara berlebihan?” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Rabu (15/1/2014).
Seperti diketahui, masih terdapat sekitar 884 saluran drainase yang belum beres dikerjakan oleh Pemprov DKI. Selain itu, penyedotan air tanah yang besar oleh industri berkontribusi pada turunnya permukaan tanah di wilayah DKI. Penurunan muka tanah ini tentu ikut meningkatkan risiko terjadinya banjir.
Sebelumnya, Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Pratikno pernah melakukan kajian bahwa penurunan permukaan tanah disebabkan karena debit air tanah di DKI semakin berkurang.
Untuk meningkatkan debit air tanah ini, Pemprov DKI sebenarnya telah membuat sumur resapan baru hingga sebanyak 1.958 titik dari target sebanyak 2.000.000 titik.
Namun, Pratikno menilai metode pembuatan sumur resapan dirasa masih kurang dalam mengatasi masalah kekurangan debit air tanah dan penurunan muka tanah DKI.
Oleh karena itu, lanjutnya, UGM mengenalkan metode penyuntikan air tanah sebagai solusi dan berencana menjalin kerja sama dengan Pemprov DKI dalam pelaksanaannya. Penyuntikan air tanah ini dilakukan sampai kedalaman 250 meter di bawah tanah. Kemudian, sistem koneksi antar daerah yang mengalami penurunan permukaan tanah akan dibuat.
“Kami mengenalkan penyuntikan air ke dalam tanah sehingga mengurangi risiko penurunan tanah untuk mencegah banjir,” ujarnya saat mengunjungi Balai Kota dalam rangka penandatanganan Program Kerja Sama UGM dengan Pemprov DKI, Selasa (24/9/2013) silam.