BISNIS.COM, JAKARTA -- Sejak Januari hingga saat ini sebanyak 13 orang meninggal dunia di Jakarta akibat demam berdarah dengue.
Pada periode itu, sekitar 4.000 orang terjangkit demam berdarah dengue (DBD). Prevalensi DBD di Jakarta paling tinggi terjadi di Palmerah, Sawah Besar, dan Duren Sawit.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dien Emawati mengatakan Jakarta masih tercatat sebagai salah satu provinsi dengan prevalensi DBD tertinggi.
Meski telah terjadi tren penurunan, Jakarta harus tetap waspada karena DBD umumnya terjadi di kota. Penyebarannya dipengaruhi tingkat urbanisasi serta tingginya lalu-lintas manusia.
Pada 2010 incident rate 202 per 100.000, lantas pada 2012 menurun menjadi 68,47 per 100.000.
"Angka kematian 13 itu sudah tinggi. Mungkin ada yang terlambat dibawa ke rumah sakit atau salah diagnosa di awal. Saya himbau kepada masyarakat supaya segera bawa siapapun yang sudah demam 2 hari untuk dibawa ke dokter, perjelas diagnosanya," tutur Dien saat konferensi pers peringatan hari dengue Asean 2013, Sabtu (15/5/2013).
Hindra Irawan Satari, spesialis anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, mengatakan hingga saat ini belum tersedia pengobatan spesifik untuk demam dengue. Karena itu, upaya pencegahan masih merupakan cara terbaik untuk mengurangi beban akibat penyakit ini. Jumlah kematian DBD dapat diturunkan melalui pendekatan sistem deteksi dini dan tata laksana tepat untuk kasus-kasus berat.
"Pencegahan dapat dilakukan melalui tata laksana vektor terpadu dan pengendalian vektor berbasis wilayah, termasuk pengelolaan air bersih serta program edukasi dan komunikasi untuk mencapai perubahan perilaku," tutur Hindra.