Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Modal Elektabilitas Tinggi Belum Tentu Menang di Jakarta, Ini Buktinya!

Sejarah membuktikan bahwa memiliki elektabilitas tinggi tidak cukup untuk memenangkan Pilkada Jakarta.
Tiga Pasangan Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) menandatangani Deklarasi Kampanye Damai Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Kota Tua, Jakarta, Selasa (24/9/2024). JIBI/Jessica Gabriela Soehandoko
Tiga Pasangan Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) menandatangani Deklarasi Kampanye Damai Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Kota Tua, Jakarta, Selasa (24/9/2024). JIBI/Jessica Gabriela Soehandoko

Bisnis.com, JAKARTA – Pemilihan Kepala Daerah alias Pilkada Jakarta selalu menyita perhatian karena penuh drama dan terkadang tensinya panas karena partai politik berlomba-lomba menjadi pemenang.

Keberadaan sosok Ridwan Kamil, Pramono Anung hingga calon kepala daerah dari jalur independen, Dharma Pongrekun, merupakan kejutan dan bagian drama tersebut. Tiga orang itu berhasil ‘mengalahkan’ Anies Baswedan dalam proses perebutan tiket sebagai calon gubernur Jakarta.

Di sisi lain, kegagalan Anies maju sebagai calon kepala daerah alias cakada Jakarta, membuktikan bahwa ‘mitos’ petahana selalu gagal untuk melanjutkan pemerintahannya pada periode kedua belum terpecahkan.

Sekadar catatan, sejak Pilkada digelar secara langsung, tidak ada satupun petahana yang berhasil menang atau maju untuk kedua kalinya. Fauzi Bowo (2007-2012), misalnya, kalah melawan Joko Widodo (Jokowi) pada Pilkada 2012 lalu, Jokowi tidak menyelesaikan jabatannya karena terpilih sebagai presiden pada Pilpres 2024.

Sementara itu Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang menjadi gubernur menggantikan Joko Widodo (Jokowi) juga gagal dalam Pilkada 2017. Ahok kalah melawan Anies Baswedan. Tahun 2024, Anies gagal melaju sebagai calon kepala daerah usai drama yang terjadi di internal PDIP.

Selain itu, dalam catatan Bisnis, Pilkada Jakarta juga termasuk kontestasi politik yang nyaris tidak bisa diprediksi. Modal elektabilitas tinggi tidak cukup bagi kontestan untuk memenangkan pertarungan di Jakarta.

Pada Pilkada 2012 lalu misalnya, elektabilitas Fauzi Bowo mencapai lebih dari 40%. Setidaknya jika mengacu kepada publikasi Cyrus Network, elektabilitas Fauzi Bowo mencapai 42,4%, sementara itu elektabilitas Jokowi hanya di kisaran 30 persen.

Namun demikian, hasil Pilkada 2012 justru menunjukkan yang sebaliknya. Jokowi menang dengan angka 53,82% dan Fauzi Bowo hanya memperoleh suara sebanyak 46,18%.

Tren serupa juga terulang pada Pilkada 2017, elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Data Litbang Kompas 4 Februari 2017, Ahok memiliki tingkat keterpilihan hingga mencapai 36,2%.

Sementara itu dua kompetitornya yakni Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono masing-masing sebanyak 28,5% dan 28,2%. Tingkat kepuasan terhadap Ahok juga di atas 68%. Namun demikian Pilkada 2017 lalu, Ahok kalah melawan Anies dalam Pilkada yang berlangsung dua ronde. Ahok 42% dan Anies hampir 58%.

Adapun Pilkada 2024, Anies Baswedan gagal maju karena tidak memperoleh tiket dari partai politik. Padahal, elektabilitas Anies sebelumya telah mencapai 29,8%.

Bagaimana Pilkada Jakarta 2024?

Pilkada Jakarta dipastikan menghadirkan pertarungan tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Ketiganya adalah Ridwan Kamil - Suswono,  Dharma Pongrekun-Kun Wardana, dan Pramono Anung -Rano Karno.

Hasil sigi Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan bahwa nama calon gubernur DKI Jakarta Ridwan Kamil (RK) diminati 53,9% warga DKI Jakarta. Sementara itu, nama Pramono Anung ada diurutan kedua dengan raihan 20,8% dan calon independen Dharma Pongrekun harus puas ada diurutan ketiga dengan raihan 3,3%.

Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan mengemukakan Ridwan Kamil meraih posisi nomor wahid jika disandingkan langsung ke dua nama bakal calon gubernur DKI Jakarta lainnya.

"Kemudian warga yang menyatakan golput ada 5,2% dan 16,8% sisanya menjawab tidak tahu atau tidak menjawab," tuturnya di Jakarta, Rabu (18/9/2024). 

Djayadi menjelaskan alasan paling tinggi warga DKI Jakarta memilih Ridwan Kamil yaitu karena pengalaman di pemerintahan yaitu 24,6%, kemudian 14,2% responden menjawab karena sudah ada bukti nyata hasil kerjanya selama ini.

"Jujur dan bersih dari korupsi 12,2% dan 9,6% perhatian pada rakyat," katanya.

Dibenarkan Pengamat

Adapun Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio menilai a pasangan calon yang memiliki elektabilitas tinggi berdasarkan survei malah akan menelan kekalahan.

Menurut dia, selama ini belum pernah ada calon yang memiliki survei elektabilitas tertinggi bisa memenangkan Pilkada Jakarta. "Dulu Fauzi Bowo pas 2012 itu surveinya tinggi, kalah sama Jokowi. Ahok juga sama, 2017 memiliki survei tinggi, tumbang oleh Anies, jadi menurut saya biasanya yang surveinya tinggi justru kalah di Pilkada Jakarta," katanya dilansir dari Antara.

Menurut Hensat kemenangan pasangan calon di Pilkada Jakarta ditentukan oleh kuatnya basis akar rumput partai pengusung. Hensat melanjutkan, sejarah itu terbukti sejak Pilkada Jakarta digelar secara langsung pada tahun 2007 lantaran hanya satu kali paslon yang didukung banyak parpol memenangkan kompetisi.

Hal tersebut terjadi ketika Fauzi Bowo mengalahkan Adang Daradjatun dari PKS di tahun 2007. "Sisanya? Jokowi menang karena akar rumput PDI Perjuangan di 2012, namun Anies Baswedan di 2017 juga bermodalkan akar rumput PKS-Gerindra berhasil mengalahkan Basuki Tjahja Purnama yang diusung PDI Perjuangan, Golkar, Hanura, dan Nasdem," lanjutnya.

Saat ini, Pilkada Jakarta diramaikan oleh nama-nama besar seperti Ridwan Kamil dari Golkar dan Pramono Anung dari PDI Perjuangan. Hingga saat ini, Hensat belum bisa memastikan elektabilitas mana yang paling tinggi dan berpotensi memenangi kursi Gubernur Jakarta.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper