Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pemangku kepentingan lain masih mempertimbangkan tarif yang sesuai bagi penumpang Light Rail Transit (LRT).
Meski telah lulus beberapa uji coba, LRT tahap pertama rute Velodrome-Kelapa Gading baru beroperasi dengan penumpang umum pada awal 2019.
Tarif juga belum ditetapkan dan masih terus dikaji. Pemangku kepentingan belum mendapat titik temu tarif yang sesuai untuk LRT hingga saat ini.
"Terkait harga nanti. Sekarang lebih memastikan proses kontruksi tuntas," tutur Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Rabu (12/9/2018).
Di Palembang, tarif LRT ditetapkan sebesar Rp5.000 per 3 September 2018. Namun, tarif untuk tujuan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II ditetapkan lebih mahal yakni Rp10.000.
Tarif ini akan bertahan hingga tiga tahun ke depan karena mendapatkan subsidi dari pemerintah.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Jakarta Propertindo (Jakpro), mengaku tidak mau mengambil risiko untuk tergesa-gesa meresmikan LRT yang memiliki panjang rute 5,8 kilometer (km) tersebut.
Jakpro berencana melakukan serangkaian uji coba operasi hingga Jumat (14/9). Uji coba ini mencakup antara lain uji kecepatan, ketahanan dan kelaikan sarana serta prasarana, dan pengereman.
Anies mengatakan LRT telah bisa beroperasi dengan baik. Namun, masih perlu beberapa percobaan untuk memastikan tidak ada risiko kecelakaan.
"Ada beberapa catatan karena ini fase finalisasi. Nanti akan dituntaskan oleh pengelola LRT," ujarnya.
LRT dinilai dapat menjadi momentum agar warga Jakarta beralih menggunakan angkutan massal dibandingkan dengan kendaraan pribadi. Demi menyukseskan program peralihan ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berencana mengintegrasikan stasiun LRT dengan moda lain seperti seperti Bus Rapid Transit (BRT/Transjakarta), Mass Rapid Transit (MRT), kereta rel listrik, dan lain-lain.