Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jual Saham di PT Delta Djakarta Tbk, Pemprov DKI Tak Hitung Urgensi

Analis menilai sikap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang berencana menjual sahamnya di PT Delta Djakarta Tbk tidak memperhitungkan urgensi dan momentum yang tepat.
Direktur PT Delta Djakarta Tbk. Alan DV Fernandez (kanan) memberikan penjelasan didampingi Financial Planning and Investor Relation Manager Poltak Siahaan, saat paparan publik perseroan, di Jakarta, Rabu (25/4/2018)./JIBI-Dwi Prasetya
Direktur PT Delta Djakarta Tbk. Alan DV Fernandez (kanan) memberikan penjelasan didampingi Financial Planning and Investor Relation Manager Poltak Siahaan, saat paparan publik perseroan, di Jakarta, Rabu (25/4/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA -- Analis menilai sikap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang berencana menjual sahamnya di PT Delta Djakarta Tbk tidak memperhitungkan urgensi dan momentum yang tepat.

Analis PT Koneksi Kapital Marolop, Alfred Nainggolan, menyampaikan bahwa saham PT Delta Djakarta Tbk (Delta) saat ini ditutup dengan harga senilai Rp5.650. Padahal, harga saham tersebut pernah mencapai hingga Rp8.500 pada September 2014 lalu.

"Saat ini saham sedang bergejolak, jika menunggu ketika timing [menjual] tepat akan lebih banyak yang bisa didapat," kata Alfred kepada Bisnis, Kamis (17/5/2018).

Menurutnya, penjualan saham emiten berkode DLTA pada saat ini merupakan keputusan yang tidak tepat. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta masih bisa membiayai berbagai program pembangunan dengan menggunakan Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD).

"Tidak emergency untuk dijual cepat, Pemprov DKI juga sekarang tidak butuh atau kekurangan biaya banyak. [Jadi] harusnya menunggu terlebih dahulu," ungkapnya.

Alfred mencontohkan langkah PT Wijaya Karya Realty yang merupakan anak perusahaan dari PT Wijaya Karya Tbk (Wika) menunda initial public offering (IPO). Hal ini dilakukan karena nilai saham dari PT Wijaya Karya Realty terbilang masih rendah sehingga Wika menunggu terlebih dahulu nilai perusahaan tersebut naik.

Dia menjelaskan bahwa saham DLTA ini merupakan prospek yang bagus ke untuk masa yang akan datang dan bisa dilihat langsung dari deviden yang diberikan kepada Pemprov DKI yang mencapai hingga Rp40 miliar. Selain itu, saham Pemprov DKI di Delta merupakan aset produktif yang terus memberikan pemasukan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) DKI Jakarta. Dengan demikian, perlu dipertimbangkan kembali bila jadi terjual maka Pemprov DKI harus mengalihkan dana tersebut untuk investasi kembali bukan untuk dikonsumsi.

"Sekitar Rp1 triliun yang Pemprov DKI dapat, [akan tetapi], yang menjadi tantangan ketika [melepas aset produktif] dan kembali mendapatkan aset [produktif serupa]. [Dana] ini jangan hanya untuk dikonsumsi [dipergunakan untuk kepentingan pembangunan Pemprov DKI], jika dilepas harus investasi kembali," ujarnya.

Menurutnya, keuangan DLTA saat ini terbilang sehat dengan ekuitas pada kuartal pertama tahun ini mencapai Rp1,2 triliun, aset senilai Rp1,4 triliun, dan hutang jangka panjang DLTA yang hanya mencapai Rp59 miliar. Bahkan, dari aset yang mencapai Rp1,4 triliun pada triwulan pertama tahun ini jumlah dana cash sebesar 63% dari aset.

Dengan demikian, alasan Pemprov DKI yang berniat menjual saham mereka agar Delta bisa ekspansi bisnis bisa disanggah melalui laporan keuangan tersebut. "Mereka bisa meminta pinjaman hingga Rp1 triliun untuk ekspansi. Mereka adalah perusahaan yang sudah siap untuk ekspansi karena pendanaan kuat," sebutnya.

Banyak Peminat

Alfred mengatakan ketika saham Delta ini jadi dijual maka banyak perusahaan yang berminat untuk membeli karena keuangan mereka yang sehat dan hutang yang minim. "[Contohnya] jika saya adalah investor baru dan beli [saham DLTA], saya tidak perlu tambah dana untuk ekspansi karena cash flownya sudah sangat besar," ungkapnya.

Dia menambahkan yang berpotensi untuk membeli saham Delta ini, yaitu San Miguel yang merupakan pemilik saham terbesar perusahaan yang memproduksi minuman berjenis bir tersebut. "Jika mereka [San Miguel] memiliki kapasitas untuk membeli, lebih baik yang membeli adalah San Miguel. Pemegang saham yang baru belum tentu memiliki arah bisnis yang sama dan memberikan nilai lebih yang sama ketika dipegang oleh Pemprov DKI," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper