Bisnis.com, TANGERANG—Pemerintah Provinsi Banten mematok pertumbuhan ekonomi kawasan ini mencapai 5,35% hingga akhir tahun ini, atau lebih rendah dari prediksi sebelumnya yakni 5,5%-5,8%.
Pertumbuhan kredit yang lemah, dan melemahnya kinerja industri pengolahan di Banten ditengarai merupakan latar belakang pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi prrovinsi ini.
“Sinyal positif masih terlihat dari kuatnya laju investasi dan konsumsi Banten sehingga ini akan menjadi mesin penggerak utama pertumbuhan ekonomi pada tahun ini,” kata Sekretaris Daerah (Sekda) Banten Ranta Suharta kepada Bisnis di Jakarta, Kamis (24/11/2016).
Mengutip data Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (BKPMPT) Banten, total investasi di Banten sebesar Rp43,1 triliun dengan capaian PMDN Rp12 triliun dan PMA US$2,3 juta sepanjang Januari--September 2016.
Sebaliknya, per kuartal III/2015, total investasi kawasan ini mencapai Rp15,3 triliun dengan masing-masing realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berada pada posisi empat dan tiga besar secara nasional.
“Kami juga terus menggenjot upaya pembenahan infrastruktur yang menjadi kewenangan provinsi. Pemprov menargetkan sekitar 10% lagi jalan provinsi bisa diselesaikan pada tahun depan,” ucapnya.
Apalagi, Banten juga dipilih menjadi lokasi pembangunan proyek nasional antara lain ruas jalan tol Serang-Panimbang, proyek pembangunan Bandara Udara Panimbang, proyek pembangunan pipa gas/terminal elpiji, proyek pembangunan infrastruktur energi asal sampah, proyek Bendungan Karian, proyek pembangunan kawasan industri prioritas/kawasan KEK Tanjung Lesung.
Tak hanya itu, proyek percepatan pembangunan infrastruktur juga akan mendukung keberadaan kota baru Maja juga digadang-gadang mampu meminimalisir kesenjangan ekonomi antara wilayah utara dan selatan.
Proyek ini ditargetkan dimulai pada awal 2017 dan melibatkan sejumlah wilayah untuk membangun akses jalan mulai dari Pamulang hingga Maja. Kota baru ini berada di Kabupaten Tangerang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Bogor.
“Ketersediaan infrastruktur merupakan kunci untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi. Pembenahan jalan-jalan rusak di Banten akan beriringan dengan pembangunan jalan baru,” tukasnya.
Terkait kinerja net ekspor, dirinya menyebutkan pihaknya tidak terlalu berharap karena kondisi pelemahan ekonomi global dan minimnya surplus neraca perdagangan internasional di Banten.
Menurutnya, selama ini penghitungan ekspor Banten juga memasukkan komoditas-komoditas, misalnya minyak yang hanya transit saja di Banten sehingga impor terlihat lebih dominan dibandingkan ekspor.