Bisnis.com, DEPOK- Tak ada yang lebih penting dari hidup Titin Astiah (47) selain membahagiakan anaknya. Pengasuh asal Lampung yang bekerja di Batam itu sengaja datang ke Depok untuk menjadi infal atau baby sitter musiman.
Anaknya yang masih mengenyam pendidikan, Sherly Novianti di bangku SMA dan Fitri Yulianti yang pada November ini berencana wisuda adalah alasan bagi perempuan berkacamata ini pergi jauh mencari uang.
"Menjadi pengasuh di Batam lagi libur lebaran dulu, makanya saya sengaja dari Batam ke Depok untuk mencari uang tambahan. Karena lumayan gede gajinya," paparnya pad Bisnis.com, Jumat (24/6/2016).
Selama menjadi pengasuh anak di Batam, Titin hanya memeroleh gaji Rp2 juta-Rp3 juta per bulan. Uang sebanyak itu dirasa cukup untuk menghidupi keluarga.
Namun, menjadi pengasuh anak infalan gajinya dinilai lebih besar lagi. Dalam sehari, dia bisa memeroleh uang hingga Rp300.000. Bekerjanya pun hanya 15 hari karena cuma menggantikan pengasuh anak dari majikan aslinya yang mudik lebaran.
"Lumayan dalam 15 hari ini saya bisa bawa pulang uang Rp4,5 juta," paparnya.
Menjadi seorang infalan bukan hal sulit bagi Titin. Hampir setiap tahun dia sengaja datang ke Depok, untuk bekerja di bawah Yayasan Ibu Hadi sebagai penyalur pembantu resmi. Tahun lalu, Titin berhasil memeroleh kocek Rp4 juta hasil infalan selama 15 hari itu.
"Sekarang uangnya buat biaya anak sekolah, yang satu buat biaya SMA yang satu lagi buat biaya wisuda anak," ujarnya.
Senada dengan Titin, seorang perempuan asal Lampung lain, Latifah (38) juga mencoba mencari peruntungannya untuk bekerja infalan. Janda beranak dua ini merasa tertarik menjadi pengasuh anak musiman karena gajinya yang dirasa tinggi.
Latifah juga sama datang ke Depok karena majikannya dari Lampung meliburkannya untuk lebaran. "Mau nyoba karena uangnya bisa sampai Rp250.000 per hari," katanya.
Perjuangan para pekerja infalan ini patut diacungi jempol. Di sisi lain, ketika para pembantu dan pengasuh anak pada sibuk mudik untuk berkumpul dengan keluarga masing-masing di kampung halaman, mereka malah sengaja melancong ke daerah lain untuk mencari uang.
Mereka mengatakan menjadi infalan adalah pilihan yang terpaksa dilakukan. "Senang saja, karena ini kebutuhan," ujar Tarni (30) pembantu asal Jawa Tengah ini. Menurut Tarni, hasil kerja infalan pembantu masak ini akan digunakan untuk tambahan membeli motor anaknya.
"Saya punya anak empat, yang pertama sudah 18 tahun, dia ingin punya motor," ujarnya lirih di sela-sela pembinaan di Yayasan Ibu Hadi.
Yayasan Ibu Hadi, yang beralamat di Jalan Raya Kartini No. 43, Pancoran MAS, Depok, Jawa Barat, Indonesia ini adalah di bawah manajemen PT Hadi Jaya, perusahaan penyalur resmi pembantu dan pengasuh anak infalan.
Wuryani Hadi, sang pemilik yayasan mengatakan setiap tahun hampir ratusan pembantu dan pengasuh anak mendatanginya untuk bekerja infalan. Mereka datang dari berbagai daerah.
Pada tahun lalu, hampir 500 orang datang untuk bekerja di bawah yayasannya. Mereka disalurkan ke sejumlah majikan yang ditinggal mudik lebaran oleh pembantunya di Depok.
Tak semena-mena memang Muryani Hadi menerima calon pembantu dan pengasuh anak ini untuk bekerja di bawah yayasannya. Berbagai seleksi dia lakukan untuk menghasilkan pekerja infalan yang bertanggung jawab.
"Kami selalu tekankan agar anak-anak [pekerja infalan] ini bekerja dengan tanggung jawab, jujur dan turut sama majikan. Kuncinya adalah kejujuran, karena kalau tidak jujur bekerja pun tidak tenang," paparnya.
Setiap tahun, memang banyak infalan yang datang padanya untuk bekerja karena tergiur dengan gaji berkali lipat dari biasanya. Untuk gaji pembantu rumah tangga, para infal dibayar Rp150.000-Rp175.000 dan untuk pengasuh anak dibayar hingga Rp250.000-Rp300.000.
"Kami saring orang yang ingin bekerja di sini minimal tamatan SMP," ujarnya.
Meski setiap tahun ratusan infal ini mendatanginya, Hadi memprediksi tahun ini permintaan pekerja musiman itu tidak lebih banyak dibanding tahun lalu yang mencapai 500 orang.
Hal itu ditengarai karena belakangan ini heboh pemberitaan tentang seorang pengasuh anak yang menyiksa anak majikannya. Kejadian tersebut sedikit-banyak berdampak pada permintaan pekerja infalan di Depok.
"Ya memang secara tidak langsung ada pengurangan permintaan infalan, tahun ini yang sudah disiapkan hanya sekitar 400 orang dibanding tahun lalu 500," paparnya.
Sinta (35), warga Depok hampir setiap tahun mengontak Yayasan Ibu Hadi untuk memperkerjakan infalan bagi keluarganya. Rencana pergi ke luar kota dalam momentum lebaran diraakannya memerlukan pengasuh anak.
"Kebetulan baby sitter saya lagi mudik, kami sewa di sini karena sudah sering sih," ujarnya.
Namun, kendati kerap menyewa jasa infalan pengasuh anak, Sinta tetap waspada dengan keberadaan pengasuh musiman tersebut, seiring hebohnya pemberitaan penganiayaan anak di beberapa media belakangan ini.
Tetapi, kata dia, hal itu sudah diantisipasi dengan memasang CCTV hampir di setiap sudt ruang rumahnya agar terpantau pergerakan pengasuh anaknya itu.
Depok Surganya Bagi Para Pembantu Musiman
Tak ada yang lebih penting dari hidup Titin Astiah (47) selain membahagiakan anaknya. Pengasuh asal Lampung yang bekerja di Batam itu sengaja datang ke Depok untuk menjadi infal atau baby sitter musiman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Miftahul Khoer
Editor : Andhika Anggoro Wening
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
21 jam yang lalu