Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Syafrudin sangat mendukung rencana Gubernur Provinsi DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang ingin menghapuskan bensin dari Jakarta.
Menurutnya apa yang dilakukan mantan Bupati Belitung Timur yang akrab disapa Ahok tersebut menunjukkan pemimpin yang sangat maju.
Syafrudin menerangkan bahwa sebenarnya Indonesia sudah mengadopsi teknologi kendaraan Euro2 sejak Januari 2007 dan melihat itu sebenarnya seluruh provinsi di Indonesia harusnya sudah tidak mengkonsumsi bensin dengan oktan 88 (Premium) tersebut.
"Intinya sejak 2007, seluruh kendaraan bermotor di Indonesia kompresinya minimal 1 banding 9, sehingga konsekuensinya harus menggunakan bahan bakar minimal ron92 tau ron95, dan tidak boleh menggunakan bahan bakar bensin dengan ron88, seperti premium saat ini," ujarnya.
Menurutnya masyarakat memang seharusnya menggunakan bensin minimal ron92 (pertamax). Bahkan, selain Premium (ron88) Pertalite yang notabene bensin dengan kadar ron90 itu juga dihapuskan, dan yang dinikmati masyarakat adalah bensin dengan kadar ron92.
"Jadi pertimbangan penghapusan Premium tersebut sebenarnya dasar teknisnya sudah ada dan tidak asal bicara," ujarnya.
Menurutnya apabila kendaraan dipaksakan menggunakan bahan bakar yang tidak sesuai kompresi semestinya, maka akan lebih cepat menimbulkan kerusakan mesin dan tingkat pencemaran udara dari knalpot semakin meningkat akibat tidak sempurnyanya proses pembakaran.
"Kalau kadar oktan pada bensin yang dikonsumsi kendaraan itu tidak sesuai dengan spesifikasi kendaraannya, dipastikan akan menimbulkan probelm mesin 'nglithik'. Bahkan akibatnya lagi sekitar 20% bahan bakar terbuang ke udara karena tidak sempurna pembakaran di dalam," terangnya.
Selain itu, lanjut itu, dengan sekitar 20% bahan bakar tidak terbuang percuma itu bisa memicu kanker, karena yang dikeluarkan ke udara adalah hidrokarbon dan bukan karbondioksida. "Ini yang sering tidak disadari masyarakat," ujarnya.