Bisnis.com, TANGERANG -- Provinsi Banten, wilayah yang mengandalkan industri pengolahan nonmigas sebagai penggerak ekonomi, perlu mewaspadai nasib sektor ketenagakerjaannya saat Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) berlangsung mulai akhir 2015.
Pengamat Ketenagakerjaan Payaman Simanjuntak menyatakan, ancaman di sektor jasa tenaga kerja di bidang industri memang tidak langsung terasa pada tahun pertama. Tapi, karena itulah pemerintah provinsi harus memanfaatkan waktu periode awal MEA untuk memperkuat kualitas sumber daya manusia (SDM).
“Sekarang baru delapan sektor yang bebas arus tenaga kerjanya. Tapi, beberapa negara [sepertinya] nantinya akan mendorong industri nonmigas cepat dibuka juga,” ucapnya kepada Bisnis, Rabu (18/11/2015).
Anggota Asean paling mengancam ketenagakerjaan di industri nonmigas adalah Vietnam, Laos, dan Thailand. Negara tetangga yang kompetensi SDM-nya lebih baik, seperti Malaysia dan Singapura, kemungkinan tidak membidik provinsi industri di Indonesia, seperti Banten.
Sejauh ini bisnis di sektor industri pengolahan nonmigas dan perdagangan menajdi tumpuan utama penyerapan tenaga kerja di Provinsi Banten. Badan Pusat Statistik (BPS) Banten menyatakan, posisi ini tidak berubah selama setahun terakhir.
Kepala BPS Banten Syech Suhaimi mengatakan, industri menyerap 1,20 juta sedangkan perdagangan, hotel, dan restoran menyerap 1,19 juta.
"Porsi sektor industri sekitar 24,84% sementara perdagangan 24,66%," ujarnya.
Kendati porsinya tetap paling dominan, tetapi 1,20 juta penduduk yang bekerja di bidang industri sebetulnya turun 5,81%. Pasalnya, pada Agustus tahun lalu jumlahnya mencapai 1,27 juta orang.